Rabu, 14 Januari 2015

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar I



BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Geologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan–lapisan batuan yang ada didalam kerak bumi. Geologi menelaah segala sesuatu yang yang mencakup gejala proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang ditunjukan didalam permukaan  bumi dengan hubungan sebab akibat dalam (kulit) bumi. Untuk itu diperlukan penalaran yang benar. Karena tidak semua gejala dan proses dapat ditiru di laboratorium. Pada umumnya gejala dan proses geologi berlangsung di alam. Batuan adalah Sebuah material yang di bentuk atau terbentuk karena perubahan mineral – mineral dari suatu batuan, batuan terbagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma dibawah permukaan bumi, dan atau membekunya lava di atas permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya lithifikasi atau hancuran dari batuan lain. Berdasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi atas batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses perubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu proses yaitu proses metamorphose.
Topografi merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek yang dilihatdari atas yang ukurannya di reduksi.
Maka tampilan suatu pengetahuan logika penalaran yang menunjang pengetahuan deskripstif dalam aspek pembahasannya. Gejala gejala yang nampak kita amati dengan cara saksama secara deskriptif sambil mengumpulkan ketentuan–ketentuan yang bersifat elementer.  Oleh karena itu AKAMIGAS BALONGAN sebagai kampus yang didalamnya menghadirkan  program studi geologi, dalam proses pembelajarannya menginginkan para mahasiswanya tahu lebih banyak tentang ilmu geologi dengan mengadakan Praktikum Geologi Dasar sebagai salah satu agenda yang wajib diikuti para mahasiswa jurusan Teknik Perminyakan.
1.2      Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
1.       Menambah wawasan ilmu para mahasisiwa khususnya di bidang Geologi baik itu secara teori maupun praktiknya.
2.       Memenuhi tugas Geologi Dasar.
3.       Memenuhi syarat kelulusan mata kuliah geologi dasar
4.       Memenuhi syarat sidang yudisium.
5.       Menambah pengetahuan mengenai geologi dasar
1.2.2    Tujuan Khusus
1.       Mengetahui macam–macam batuan beku
2.       Mengetahui macam–macam batuan sedimen
3.       Mengetahui macam–macam batuan metamorf
4.       Mengetahui cara pembuatan dan kegunaan peta topografi
5.       Mendeskripsikan materi penyusun batuan beku
6.       Mendeskripsikan materi penyusun batuan sedimen
7.       Mendeskripsikan materi penyusun batuan metamorf
8.       Mendeskripsikan materi penyusun peta topografi
9.       Mengetahui proses terbentuknya batuan beku
10.   Mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
11.   Mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf
12.   Mengetahui proses pembuatan peta topografi
13.   Mengetahui karakteristik dari batuan beku
14.   Mengetahui karakteristik dari batuan sedimen
15.   Mengetahui karakteristik dari batuan metamorf
16.   Mengetahui unsur-unsur penting dalam peta topografi
17.   Mengetahui fungsi dari batuan beku
18.   Mengetahui fungsi dari batuan sedimen
19.   Mengetahui fungsi dari batuan metamorf
20.   Mengetahui fungsi dari peta topografi
1.3      Manfaat
1.3.1    Manfaat Umum
1.       Dapat memahami dan mengetahui tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilmu Geologi.
2.       Dapat menambah pengetahuan kita khususunya di bidang ilmu Geologi.
3.       Dapat terpenuhinya tugas mata kuliah Geologi Dasar.
4.       Dapat mengikuti sidang yudisium
5.       Dapat mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang geologi dasar
1.3.2    Manfaat Khusus
1.       Dapat mengetahui macam–macam batuan beku
2.       Dapat mengetahui macam–macam batuan sedimen
3.       Dapat mengetahui macam–macam batuan metamorf
4.       Dapa mengetahui tentang peta topografi
5.       Dapat mendeskripsikan materi penyusun batuan beku
6.       Dapat mendeskripsikan materi penyusun batuan sedimen
7.       Dapat mendeskripsikan materi penyusun batuan metamorf
8.       Dapat mendeskripsikan materi penyusun peta topografi
9.       Dapat mengetahui proses terbentuknya batuan beku
10.   Dapat mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
11.   Dapat mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf
12.   Dapat mengetahui proses pembuatan peta topografi
13.   Dapat mengetahui karakteristik dari batuan beku
14.   Dapat mengetahui karakteristik dari batuan sedimen
15.   Dapat mengetahui karakteristik dari batuan metamorf
16.   Dapat mengetahui unsure-unsur penting dalam peta topografi
17.   Dapat mengetahui fungsi dari batuan beku
18.   Dapat mengetahui fungsi dari batuan sedimen
19.   Dapat mengetahui fungsi dari batuan metamorf
20.   Dapat mengetahui fungsi dari peta topografi
1.4      Ruang Lingkup
Praktikum Geologi Dasar yang dilakukan ini diadakan di Laboratoium Geologi dengan melakukan empat percobaan yang meliputi Praktikum Percobaan Batuan Beku pada hari rabu tanggal 10 Desember 2014, Batuan Sedimen pada hari jum’at tanggal 12 Desember 2014, Batuan Metamorf pada hari senin tanggal 15 Desember 2014, dan Topografi pada hari rabu tanggal 17 Desember 2014. Pada laporan ini terdiri dari bab I pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan manfaat dari pembuatan laporan, bab II dasar teori berisi dasar teori dari seluruh materi yang terdapat di dalam laporan, bab III metodologi penelitian berisi tentang cara pembuatan laporan dari berbagai metode yang digunakan, bab IV batuan beku, bab V batuan sedimen, bab VI batuan metamorf dan bab VII penutup berisi tentang seluruh kesimpulan dari isi laporan. Laporan ini dikerjakan dengan menggunakan buku panduan, laporan sementara dan bimbingan dari Dosen Mata Kuliah Geologi dasar dan Asisten Praktikum Geologi Dasar.




BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
            Dalam melaksanakan praktikum geologi dasar, mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan batuan-batuan, yaitu batuan beku, sedimen, metamorf, dan dapat membedakan antara ketiga batuan tersebut, serta dapat menggambar dan mendeskripsikan topografi. Yang menjadi suatu keahlian dalam bidang perminyakan.
            Untuk mendukung praktikum dan kajian yang dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain:
2.1      Metode penelitian Langsung
                        Dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap batuan. Berdasarkan penelitian itulah oenulis mendapatkan data-data yang akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan. Pelaksanaan praktikum merupakan tahapan pengambilan data-data batuan melalui pencatatan dari hasil objek batuan yang diteliti yaitu berupa jenis, struktur, tekstur, komposisi, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf, serta pengambilan data pada penggambaran peta topografi dalam Praktikum Geologi Dasar.
2.2      Metode Studi Literatur
                        Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku atau hand book, media cetak seperti majalah atau koran yang membahas tentang batuan, media elektronik dan internet sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang ditulis
2.3      Metode interview
                         Metode Interview ini dilaksanakan praktikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Asisten Praktikum Geologi Dasar mengenai kasifikasi, sifat-sifat fisik, serta contoh-contoh batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf, dan topografi secara langsung selama praktikum dilaksanakan.
 



BAB III
DASAR TEORI
3.1         BATUAN BEKU
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latinignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan beku.Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya.Dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harus batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan.Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Berdasarkan kandungan silikon dioksida (SiO2)batu granit sebesar 72,08, diorit sebesar 51,86, gabbro sebesar 48,36 dan peridotit sebesar 43,54.
Pembagian kimia batuan beku (asam dan basa) berdasarkan kandungan kimia oksida.
Contohnya pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Pembagian Kimia Batuan Beku
OKSIDA
GRANIT
DIORIT
GABRO
PERIDOTIT
SiO2
72,08
51,86
48,36
43,54
TiO2
0,37
1,50
1,32
0,81
Al2O3
13,86
16,40
16,84
3,99
Fe2O3
0,86
2,73
2,55
2,51
FeO
1,72
6,97
7,92
9,8
MnO
0,06
0,18
0,18
0,21
MgO
0,52
6,21
8,06
34,02
CaO
1,33
3,40
11,07
3,46
Na2O
3,08
3,36
2,26
0,56
K2O
0,46
1,33
0,56
0,25
H2O
0,53
0,80
0,64
0,76
P2O5
0,18
0,35
0,24
0,05
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan silikon dioksida (SiO2). Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan beku.Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa haruslah batuan yang sangat segar dan belum mengalami perubahan. Namun begitu sebagai catatan pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.

Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
Ø Batuan beku basa                  : Cerah
Ø Batuan beku intermediet      : Abu-abu
Ø Batuan beku asam                 : Gelap
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan silikon dioksida (SiO2), yaitu:
Ø Batuan beku asam                 : lebih dari 66% SiO2
Ø Batuan beku intermediet      : 52% sampai 66% SiO2
Ø Batuan beku basa                  : 45% sampai 52% SiO2
Ø Batuan beku ultra basa         : kurang dari 45% SiO2

Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalam hand specimensample:
Ø Massif                         : Tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau 
                                             struktur aliran.
Ø Vesikuler                    : Berlubang-lubang yang disebabkan oleh
                                             keluarnya gas pada waktu pembekuan magma,     
                                             arah lubang itu teratur.
Ø Scoria                         : Berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
Ø Amigdaloidal             : Lubang-lubang yang terisi oleh mineral sekunder.

Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:
Ø Derajat Kristalisasi terbagi menjadi 3, yaitu:
  Holokristalin          : Apabila batuan terdiri dari massa kristal  
                                     seluruhnya.
  Holohialin              :  Apabila batuan terdiri dari massa gelas     
                                      seluruhnya.
·      Hipokrislatin          :  Apabila sebagian terdiri dari massa kristal
                                      dan massa gelas.
Ø Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
  Fanerik                   : Apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat
                                      dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
-       Halus                            : Diameter kurang dari 1 mm
-       Sedang             : Diameter 1 sampai 5 mm
-       Kasar                            : Diameter 5 sampai 30 mm
-       Sangat Kasar    : Diameter lebih dari 30 mm
  Afanitik                 :  Kristal-kristal yang sangat halus sehingga
                                      tidak dapat dibedakan dengan pandangan mata    
                                      biasa.
Ø Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:
  Euhedral                : Apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
                            bidang kristal.
  Subhedral              : Apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah
                            tidak tampak lagi.
  Anhedral                : Apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
                            kristal asli.
Ø Relasiter bagi menjadi 2, yaitu:
  Equigranular         : Bisa secara relatifukuran kristal pembentuk
                            batuan berukuran sama besar.
  Inequigranular       : Bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
Komposisi Mineral
Untuk menentuka komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua :
Ø Mineral Felsik           : Yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa,
 feldspar, feldspatoid dan muscovite.
Ø Mineral Mafik           : Yaitu yang berwarna gelap terutama biotic,
piroksen, amphibol dan olivine.
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

3.2         BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena litifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau litifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Litifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi, authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.  Menurut (Pettijohn, 1975) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi.Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh sedimen dari pantai ke pantai.Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena litifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau litifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Litifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi, authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi. Batuan sedimen juga memilki beberapa sifat-sifat yang hampir terdapat pada seluruh batuan sedimen berdasarkan dengan jenisnya. Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku sebesar 25% saja.Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai.Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.

3.3         BATUAN METAMORF
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf itu sendiri. Proses metamorphose adalah proses dimana batuan asal mengalami penambahn tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur secara bersamaan. Proses metamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya. Proses metamorphose meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral batu dengan menyusun kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah ada.
Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur  dan tekanan yang tinggi  disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km.
Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik.Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut.Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain. 
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf itu sendiri. Proses metamorphose adalah proses dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur secara bersamaan. Proses metamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan metamorf berasal dari batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km hingga 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik.Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit.Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan.Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan.Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut.Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.

Gambar 3.1
Memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah, medium dan tingkat tinggi
(Sumber : O’Dunn dan Sill, 1986)
Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu:
·      Metamorfisme kontak atau termal, pengaruh T dominan.
·      Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan.
·      Metamorfisme regional, terpengaruh P dan T serta daerah luas.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 hinga 3 km. Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa.penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.
Gambar 3.2
Memperlihatkan lokasi batuan metamorf
(Sumber : Gillen, 1982).

3.4        TOPOGRAFI
Topografi, secara umum peta merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan hakekat dari pada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaiu:
1.    Garis kontur, adalah garis yang menghubungkan titik - titik ketinggian yang sama pada suatu permukaan bumi
2.    Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik -titik ketinggian tertinggi ke titik -titik yang lebih rendah disekitarnya ( lereng curam garisnya makin merapat )
3.    Perwarnaan ( tinting ), daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya makin geap sebaiknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya atlas.
4.    Bayangan ( shanding ), topografi curam diberi bayangan yang tebal, rapat serta pendek, sebaiiknya daerah rendah diberi garis bayangan tipis, panang dan renggang.
5.    Kombinasi, dengan cara menggabungkan anatar kontur dengan warna dan lain - lainnya.
Elemen peta topografi
Unsur - unsur penting dalam peta topografi meliputi:
a.    Relief, menggambarkan beda tinggi suau tempat ke tempat lain di suatu daerah missal bukit, dataran, pegununggan, lembah, lereng,dan lain - lain sebagainnya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warana coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi wrana disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan terhadap proses erosi dan pejapukan uga dipengaruhi gejala - gejala asal dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya.
b.    Pola aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan - jalan pengaliran di dlam suatu kawasan, tanpa memeperhatikan apakah jalan - jalan pengairan itu mempunyai sungai permanen atau tidak. Bila aliran dapat dikelompokkan ke dalam pola dasar yakni:
·      Derinrik, bentuk sengai berupa cabang - cabang pohon dimana cabang - cabang sungai berhubungan dengan induk sungai membentuk sudut - sudut meruncing. Biasanyan terebentuk pada batuan yang homogen dengan sedikit atau tanpa pengendaian struktur.
·      Pararel, pola aliran yang mempunyai arah relief sejajar, mencuram, dapat pula pada daerah dengan morfologi yang pararel dan memanang. Pola ini mempunyai kecendrungan berkembang kea rah dendritik atau trellis.
·      Trellis, menyerupai bentuk tangga, dimana sungai - sungai sekunder ( cabang sungai ) membentuk sudut l siku - siku dengan sungai utama mencirikan daerah sungai pegunungan lipatan ( antiklin, sinklin) dan kaker.
·      Rectangular, pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai - sungai yang membentuk sudut siku - siku, lebih banayk di kontrol oeh factor - factor yang saling berpotongan dan juga sesar.
·      Redial, bila ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar dari suatu titik pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan aau kubuh.
·      Annular, pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saat yang membedakan jika pada pola annular jaringan sungai berkumpul pada suatu daerah.
·      Pola pengairan multi basial disebut juga sink hole, adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak hilang yang disebut sebagai sungai bawah tanh, pola ini berkembang pada daerah karst atau batu gamping.
·      Pola pengaliran contoted adalah pola pengaliran yang arah alirannya berbalik dari arah semula, pola ini terdapat pada daerah patahan.
Sifat - sifat garis kontur
1.    Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.
2.    Garis kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang memiliki ketinggian berbeda.
3.    Garis kontur akan meregang ika landai dan rapat ika curam.
4.    Garis kontur yang memotong sungai meruncing kearah huu.
5.    Garis kontur harus digambarakan hingga batas tepi peta.
6.    Garis kontur setengah digambarkan dengan garis putus - putus.
Penentuan titik ketinggian dan arah
Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan arak yakni:
1.    Pada indeks kontur langsung dapat diketahui.
2.    Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan mesmperhatikan intervan kontur.
3.    Pada intermediate kontur cara interpolasi.




BAB V
BATUAN SEDIMEN
5.1       Tujuan
1.       Mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sedimen.
2.       Mengetahui macam-macam batuan sedimen.
3.       Mengetahui terbentuknya batuan sedimen.
4.       Mengetahui jenis komposisi dalam batuan sedimen.
5.       Mengenal batuan sedimen secara mendalam.
5.2       Dasar Teori
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas yang tersangkut ke lokasi pengendapan oleh air,angin,es, dan longsoran.
          Klasifikasi Umum
Batuan Sedimen berdasarkan teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.
a.           Batuan sedimen klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali terhadap batuan yang sudah ada.Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan,erosi,transportasi dan kemudian redoposisi.
b.          Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material ditempat itu juga. Proses pembentukan batuansedimen ini dapat secara kimiawi, biologi / organic, dan kombinasi diantara keduanya (biokimia).
                      Warna Batuan Sedimen
                       Pada umumnya batuan sedimen berwarna terang atau cerah,putih,kuning, atau abu-abu terang. Namun demikian ada juga yang berwarna gelap sampai hitam, serta merah dan coklat.Dengan demikian warna batuan sedimen sangat beragam tergantung pada komposisi bahan penyusunya.
Kekompakan
                      Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas atau endapan hingga menjadi batuan sedimen disebut digenesa. Proses diogenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan tekanan 1-2 kilobar. Derajat kekompakan batuan sedimen yaitu :
a.       Bahan lepas (loose materials) masih berupa endapan atau sedimen
b.      Padu (indurated) akan terurai bila dimasukan kedalam air
c.       Agak kompak (padat), butiran fragmen dapat dilepas oleh tangan atau kuku
d.      Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas oleh tangan atau kuku
e.       Sangat kompak(sangat keras0 biasanya sudah mengalami rekristalisasi
Tekstur
Seperti diuraikan diatas maka batuan sedimen berstektur klastika atau non klastika.Bla batuanya sangat kompak maka batuan tersebut berstektur kristalin.Batuan sedimen kristalin biasanya terjadi pada batu gamping dan batuan sedimen kaya silica yang sangat kompak dank eras.
                        Bentuk Butir
                        Berdasarkan perbandingan diameter panjang (long) = (l) , menengah (intermediate) (i), dan pendek (short) = (s), maka terbentuk empat butir dalam batuan sedhimen, yaitu ;
a.       Obiate , bila (l) = (i) ≠ (s)
b.      Equant , bila (l) = (i) ≠ (s)
c.       Blade , bila (l) ≠ (i) ≠ (s)
d.      Prolate , bila (l) = (s) ≠ (i)
Apabila bentuk-bentuk butir tersebut tidak dapat diamati maka cukup disebutkan bentuknya tidak butir.
Kebundaran
a.       Sangat runcing (sangat menyudut) (very angular)
b.      Meruncing (Menyudut) (Angular)
c.       Menyudut tanggung ( subangular)
d.      Membulat tanggung ( subronded)
e.       Membulat (rounded)
f.       Sangat membulat (well-rounded)
                       Tekstur Permukaan
a.       Kasar, bila pada permukaan terlihat runcing dan terasa tajam
b.      Sedang , bila permukaan butiranya agak meruncing sampai agak rata
c.       Halus , bila pada permukaan butir sudah halus dan rata
Ukuran
Ukuran Butir
Ukuran Butir
Nama Butiran
>256
Bongkah
64 – 256
Brangkal
4 – 64
Kerakal
2 – 4
Kerikil
1/16 – 2
Pasir
1/16 – 1/256
Lanau
< 256
Lempung
Kemas atau Fabrik
a.       Kemas tertutup , bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan satu sama lain
b.      Kemas Terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan
Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, semakin seragam ukuranya dan besar butiranya maka pemilahan akan semakin baik.
a.       Pemilahan baik b9ila ukuranya butir seragam
b.      Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat seragam maupun yang tidak seragam
c.       Pemilahan buruk, bila ukuran butir dalam batuan sedimen sangat beragam
Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang rongga atau pori-pori di dalam batuan
Permeabilitas
Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan untuk mengalirkan air (zat air).
a.       Permeable jika batuan tersebut dapat meluluskan air
b.      Impermeable batuan tersebut tidak dapat mengalirkan air
Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbentuk kasar >2mm biasanya berbentuk matriks dan fragmen .

Gambar 5.1
Contoh Batuan Sedimen (Batu Tufa)
5.3       Alat dan Bahan
5.3.1     Alat
a.       kamera
b.       lup
c.        mistar
d.       pengnghapus
e.        pensil
f.        pulpen
g.       rautan
h.       sepidol
5.3.2     Bahan
a.        Batuan Sedimen Limestone
b.       Batuan Sedimen Lanau
c.        Batuan Sedimen Shale
d.       Batuan Sedimen Sandstone
e.        Batuan Sedimen Konglomerat
f.        Batuan Sedimen Gamping
5.4       Prosedur Percobaan
1.       Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Asisten Praktikum.
2.       Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.       Menggambar batuan pertama dan memfoto batuan.
4.       Mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris atau jangka sorong.
5.       Mengidentifikasi batuan pertama dengan melihat fisik batuan.
6.       Menuliskan hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum.
7.       Mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua dan ketiga.
8.       Merapihkan alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
5.5      Analisa Percobaan
Dalam praktikum geologi dasar percobaan Batuan Sedimen dapat diketahui bahwaBatuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi, authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Pada praktikum batuan sedimen ini yang dipraktikumkan adalah mengamati batuan sedimenbatu pasir, batubara dan clay stone. Alat yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah buku, pulpem, mistar, kaca pembesar, modul praktikumdankamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah batuan sedimenlimestone, batubara, dan clay stone.
Langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalahmendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Asisten Praktikum, mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian menggambar batuan pertama dan memfoto batuan, seta mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris atau jangka sorong. Lalu mengidentifikasi batuan pertama dengan melihat fisik batuan, dan menuliskan hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum. Setelah itu mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enamuntuk batuan kedua dan ketiga. Yang terakhir adalah merapihkan alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
Limestone memiliki warna cokelat kemerahan-merahan dan termasuk jenis batuan klastik yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan asal, dengan warna batuan cokelat.Struktur batuan yaitu berporositas, sebab mempunyai perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan, serta permeabilitas, karena mempunyai suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Ukuran butir limestone adalah pasir sangat kasar. fragmennya pasir sedang, dan matriknya pasir halus. Derajat pemilahan baik, karena memiliki tingkat keseragaman batuan pembentuk batuan sedimen yang cukup baik. Sementara derajat pembundaran angular.Semen yang mengikat fragmen dan matriknya silikat.
Batubara adalah batuan sedimen dengan ukuran butitr yang termasuk pasir sedang. Batu bara tergolong pada jenis batuan sedimen non klastik. Batubara memiliki warna hitam, dengan struktur batuan yaitu berporositas, sebab mempunyai perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Serta permeabilitas, karena mempunyai suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut.Dari teksturnya, batubara memiliki ukuran butir jenis pasir sedang, dengan derajat pemilahan well sorted, karena memiliki tingkat keseragaman butiran pembentuk batuan sedimen yang baik. Memiliki derajat pembundaran sub-angular. Batubara memiliki komposisi fragmen pasir halus, komposisi matrik berupa pasir seangat halus dan komposisi semen yang mengikat fragmen dan matriknya berupa silikat.
Lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm. Batu lempung tergolong pada jenis batuan sedimen non klastik. Batu lempung ini memilki warna abu-abu gelap, dengan struktur batuan yaitu berporositas, sebab mempunyai perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Sertapermeabilitas, karena mempunyai suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Dari segi teksturnya, batuan lempung memiliki ukuran butir jenis pasir sangat halus, dengan derajat pemilahan yang baik karena memiliki tingkat keseragaman butiran pembentuk batuan sedimen yang baik, serta memiliki derajat pembundaran well rounded, yang berdasarkan pada butiran atau fragmen batuan yang membulat. Secara fisik batuan lempung mempunyai komposisi yang tersusun dari fragmen yang merupakan lanau, matrik berupa lempung dan komposisi semen yang mengikat fragmen dan matriknya berupa silikat.
5.6       Kesimpulan
Pada praktikum geologi dasar tentang percobaan batuan sedimen dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.       Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari mineral lain yang sudah tersedimentasi.
2.       Tujuan dari mempelajari sedimen adalah untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sedimen, Mengetahui macam-macam batuan sedimen, Mengetahui terbentuknya batuan sedimen.,Mengetahui jenis komposisi dalam batuan sedimen, Mengenal batuan sedimen secara mendalam.
3.        Berdasarkan perbandingan diameter panjang (long) = (l) , menengah (intermediate) (i), dan pendek (short) = (s), maka terbentuk empat butir dalam batuan sedhimen, yaitu ; Obiate , bila (l) = (i) ≠ (s), Equant , bila (l) = (i) ≠ (s), Blade , bila (l) ≠ (i) ≠ (s),Prolate , bila (l) = (s) ≠ (i)
4.       Diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada batuan sedimen yang terpendamkan dan terlitifikasi.
5.       Dalam mengidentifikasi batuan sedimen kita harus melihat berdasarkan sifat fisiknya secara khusus antar lain:
·         Warna
·         Tekstur
·         Struktur
·         Kmposisi mineral pembentuk Batuan.
6.       Batuan sedimen digolongkan menjadi 5, yaitu golongan detritus, golongan karbonat, golongan evaporit, golongan sedimen silika dan golongan batu bara.
7.    Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang rongga atau pori-pori di dalam batuan

8.       Derajat pemilahan merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen. Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
·          Pemilahan baik (well sorted)
·          Pemilahan sedang (moderately sorted)
·          Pemilahan buruk (poorly sorted)
9.       Bantuk butir menurut klasifikasi zing(1955) yang biasa di gunakan adalah perbandingan antara : panjang, lebar, dan tebal.
10.   Butiran-butiran pada batuan sedimen tersusun oleh fragmen-fragmen.
11.   Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume Batuan, pembagian porositas dapat di pergunakan:
·         Negilglibe         0-5%
·         Poor            15-10%
·         Good               15-20%
·         Very good               20-25%
·         Excellent                 25-40%
12.   Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami transportasi.
13.   Klasifikasi sedimen klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butiranya, yaitu sebagai berikut:
·         Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar.
·         Arenit (samit) ttermasuk butiran sedang.
·         Lutit (pelit) termasuk butiran halus.
14.   Batuan sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi yang terbentuk melalui presipitasi dari larutan.
15.   Batuan Pertama nomor urut 1 nomor batuan 1.1 nama batuan                       batu pasir jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan tekstur yaitu ukuran butir1/4-1/8, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas sekunder, permeabilitas            baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik                       felsik, Semen karbonat .
16.   Batuan keduanomor urut 2 nomor batuan 2.1 nama batuan                       batu konglomerat jenis batuan sedimen dengan struktur batuan lapisan dengan tekstur yaitu ukuran butir1/4-1/8, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub angular, porositas sekunder, permeabilitas baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik felsik, Semen karbonat .
17.  Batuan ketiganomor urut 3 nomor batuan 3.4 nama batuan                       batu gamping jenis batuan sedimen dengan struktur batuan lapisan dengan tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub rounded, porositas sekunder, permeabilitas            baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik                       felsik, Semen silikat.
18.  Batuan keempatnomor urut 4 nomor batuan 4.3 nama batuan                       batu shale jenis batuan sedimen dengan struktur batuan rekahan dengan tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan poorly shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas primer, permeabilitas            sedang, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik                       felsik, Semen silikat.
19.  Batuan kelima nomor urut 5 nomor batuan 5.4 nama batuan                       batu lanau jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas sekunder, permeabilitas            sedang, kemas terbuka ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik                       felsik, Semen karbonat .
20.  Batuan keenam nomor urut 6 nomor batuan 5.1 nama batuan                       batu lanau jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan poorly shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas sekunder, permeabilitas            baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik                       felsik, Semen karbonat .




BAB VII
TOPOGRAFI
7.1     Tujuan
            1.  Memahami dasar-dasar deformasi batuan.
            2.  Memahami jenis-jenis struktur geologi dan tektonik
            3.  Menjelaskan arah gaya dari deformasi batuan.
            4.  Mengetahui lipatan ataupun sesar
            5.  Mengetahui kekutan gaya pada batuan
7.2     Dasar Teori
Topografi merupakan gambaran dua dimensi dari suatu obyek yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Hakekat dari interpretasi peta topografi adalah sebagai pelengkap ilmu geologi dengan latihan teknik penafsiran geologi melalui peta topografi.
Pengertian dari peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk penyebaran dan ukuran dari roman muka bumi yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang sebenarnya.
Unsur-unsur yang penting terdapat dalam suatu peta topografi meliputi:
1.       Relief
Adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi rendah suatu daerah serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi.
Sebagai contoh :
·       bukit
·       lembah
·       daratan
·       lereng
·       pegunungan
Relief terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara batuan terhadap proses erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam (endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api dan sebagainya. Dalam peta topografi penggambaran relief dengan :
·         Garis hachures
Yaitu garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang lebih rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin curam lerengnya maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis akan renggang jika reliefnya landai.
·            Shading (bayangan)
Bayangan matahari terhadap earth feature dan biasanya dikombinasi dengan peta kontur. Pada daerah yang curam akan memberikan bayangan gelap sebaliknya daerah yang lancai berwarna cerah.
·            Tinting (pewarnaan)
Warna-warna tertentu. Semakin tinggi reliefnya warna akan semakin gelap.
·            Kontur
Yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Peta ini paling penting untuk geologi karena sifatnya kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif : hanya menunjukkan pola dan penyebarannya bentuk-bentuk roman muka bumi.
Kuantitatif : selain menunjukkan pola dan penyebaran bisa juga mengetahui ukuran baik secara horisontal maupun vertikal sehingga jelas gambaran tida dimensinya.
2.         Drainage
Drainage pattern/pola pengaliran atau pola penyaluran adalah segala macam bentuk-bentuk yang hubungannya dengan penyaluran air baik di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Sebagai contoh sungai-sungai, danau atau laut dan sebagainya. Sungai-sungai itu sendiri dipermukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak terpolakan. Hal ini tergantung dari batuan dasar yang dilaluinya.
Dalam hal ini pola/pattern didefinisikan sebagai suatu keseragaman di dalam :
§  bentuk (shape)
§  ukuran (size)
§  penyebarannya/distrubusi
Hubungan antar relief, batuan, struktur geologi dan drainage dalam macam-macam pola penyaluran :
a.   Dendritik
Mencerminkan sedimen yang horisontal atau miring, resistensi batuan seragam, kemiringan lereng secara regional kecil. Bentuk pola penyaluran seperti pohon. Contohnya pada daerah dengan sedimen lepas, daratan banjir, delta, rawa, pasang surut, kipas-kipas alluvial, dll.
b.   Parallel
Umumnya mencirikan kemiringan lereng yang sedang-curam tetapi juga didapatkan pada daerah-daerah dengan morfologi yang parallel dan memanjang. Contohnya pada lereng-lereng gunung api. Biasanya akan berkembang menjadi pola dendritik atau trellis.
c.    Trellis
Terdapat pada daerah dengan batuan sedimen yang terlipat, gunung api, daerah dengan rekahan parallel. Contohnya pada perlipatan menujam, patahan parallel, homoklin dan sebagainya.
d.    Rectangular
Mengikuti kekar-kekar dan patahan.
e.    Radial
Mencerminkan gunung api kubah (dome). Terdapat pula pola yang sentripetal (kebalikan dari radial).
f.    Annular
Mencerminkan struktur kubah yang telah mengalami erosi bagian puncaknya. Dari contoh-contoh pola pengaliran tersebut merupakan pola dasar penyaluran yang sangat membantu untuk penafsiran suatu struktur geologi.
3.         Culture
Yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan, jalan, persawahan dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada peta topografi, relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage dengan warna biru dan culture dengan warna hitam.
4.       Kelengkapan Peta Topografi
Pada peta topografi yang baik harus terdapat unsur/keterangan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran, yaitu :
a.       Skala
Merupakan perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak pada peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai dalam peta topografi.
1.       Representative Fraction Scale (Skala R.F.)
Ditunjukkan dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000. Artinya 1 cm di dalam peta sama dengan 10.000 cm di lapangan (sama dengan 100 meter di lapangan). Kelemahan dari skala ini bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak berlaku lagi.
2.       Graphic Scale
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya dengan jarak dalam peta, yang ditunjukkan dengan sepotong garis. Skala ini adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupun penciutan dari peta.
3.       Verbal Scale
Dinyatakan dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km ato 1 cm = 5 km.
Skala ini hampir sama dengan skala R.F.
Dari ketiga macam skala tersebut di atas, yang umum/paling banyak digunakan dalam peta geologi atau topografi adalah kombinasi skala grafis dan skala R.F.
b.      Arah Utara Peta
Salah satu kelengkapan peta yang tidak kalah penting adalah arah utara, karena tiap peta yang dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui arah utaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian antara arah utara peta dengan arah utara jarum kompas.
Ada 3 macam arah utara jarum kompas, yaitu :
1.        Arah Utara Magnetik (Magnetic North = MN)
2.        Grid North
3.        True North
c.        Legenda
Pada peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian bawah dari peta.
d.        Judul Peta
Judul peta merupakan nama daerah yang tercantum dalam peta dan berguna untuk pencarian peta bila suatu waktu diperlukan.
e.        Converage Diagram
Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metoda yang bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
- Dibuat berdasarkan foto udara
- Dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan
f.         Indeks Administrasi
Pembagian daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian/pemetaan.
g.       Index of Adjoining Sheet
Menunjukkan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-lembar peta disekitarnya.
h.       Edisi Peta
Dapat dipakai untuk mengetahui mutu daripada peta atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.
Peta topografi dengan garis kontur
Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang garis kontur beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut :
1.             Garis Kontur
Adalah merupakan garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, yang diukur dari suatu bidang pembanding. Bidang ini biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata.
2.             Interval Kontur
Jarak vertikal antara garis kontur satu dengan garis kontur lainnya yang berurutan.
3.             Indeks Kontur
Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur (kelipatan lima atau sepuluh).
4.             Kontur Setengah
Garis kontur yang harga ketinggiannya adalah setengah interval kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus.
  Penentuan interval kontur.
Biasanya interval kontur pada peta tergantung dari :
1.             Skala peta
2.             Relief dari daerah yang bersangkutan
3.             Tujuan dari peta, apakah untuk pekerjaan geologi umum maupun geologi teknik atau untuk kepentingan militer. Jika tidak ada hal-hal khusus atau dalam keadaan umum, maka interval kontur dapat ditentukan sebagai berikut :
IK (Interval Kontur) = skala peta X 1/2000
Misalnya skala peta 1 : 50.000
IK = 50.000 X 1/2000 = 25 meter
Sifat-sifat garis kontur :
1.             Garis tidak bisa saling berpotongan kecuali dalam keadaan yang ekstrim, dimana topografi berupa over hanging cliff.
2.             Garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang mempunyai nilai ketinggian yang berlainan.
3.             Garis kontur akan renggang jika topografi landai dan akan rapat jika topografi curam.
4.             Garis kontur menutup, menunjukkan naik ke arah dalam, kecuali garis kontur bergigi menunjukkan depresi.
5.             Garis kontur yang memotong lembah/sungai akan meruncing ke hulu.
6.             Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.
 
Menentukan titik ketinggian :
1.             Pada indeks kontur langsung diketahui.
2.             Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan memperlihatkan interval kontur.
3.             Diantara intermediate kontur dengan cara interpolasi.
Misal : Tinggi titik = x
= 150 + (3/4 x 25)
= 168 meter
4.             Titik triangulasi.
7.3       Alat dan Bahan
            7.3.1       Alat
a.       Mistar
b.      Penghapus
c.       Pensil
d.      Pensil Warna
e.       Pulpen
f.       Tipe-x
          7.5.2       Bahan
g.      Kertas Kalkur
h.      Kertas Milimeter Blok
i.        Peta Kontur
7.4       Prosedur Percobaan
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum.
3.    Meletakkan kertas kalkur tepat di atas peta kontur.
4.    Membuat garis bawah horizontal pada kertas kalkir.
5.    Membuat titik dari gambar kontur ke kalkir.
6.    Membuat sumbu x dan ypada kertas milimeterm blok.
7.    Menyalin titik yang telah di dapatkan sebelumnya pada kertas kalkir ke kertas millimeter block.
8.    Membuat titik kordinat  pada kertas millimeter bloksesuai data yang telah di dapatkan.
9.    Menghubungkan tiap titik kordinat sesuai urutannya .
10.  Membuat  garis GOC dan WOC sesuai data pada pada peta kontur.
11.  Mewarnai wilayah GOC dan WOC dengan pensil warna.
12.  Merapihkan alat dan bahan yang telah di gunakan.
7.5       Hasil Pengamatan                   
              Berdasarkan hasil pengamatan dan penggambaran dan peta depth  structure. Kontur tersebut adalah  antiklin (membentuk bukit)dengan susunan fluida gas, oil, dan water, dimana susunan tersebut di pengaruhi massa jenis fluida. WOC (batas air dengan minyak) antara 6-8 dan WOC (batas antara minyak dengan gas). Nilai titik x dan y dalam peta bernilai sama.
7.6       Analisa Percobaan
                          Dalam percobaan peta topografi saya mencoba untuk membuat peta  topografi yang bertujuan melihat dimana titik minyak berada. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas.
              Dalam  percobaan ini menggunakan alat-alat seperti mistar, pensil, pensil,warna, dan pulpen. Sedangkan bahan yang di gunakan kertas milimeter block, kertas kalkir dan peta kontur. Hasil pengamatan prosedur percobaan pertama menyiapkan alat dan bahan,kemudian membuat garis tengah  menandai titik perpotongan pada kertas kalkir, kemudian  melipat kertas kalkir, menggambar sumbu x dan  y pada kertas milimeter block, menandai titik kordinat pada milimeter block, kemudian tentukan WOC dan GOC. Hasil pengamatan pada peta kontur membentuk antiklin, yang mengandung gas, minyak , dan air. 
7.7       Analisa Kesalahan
                        Dalam percobaan peta topografi tidak ada kesalahan yang dilakukan 
8.8         Kesimpulan
Dalam percobaan peta topografi dapat di ambil kesimpulan diantaranya yaitu :
1.              Tujuan adanya percobaan topografi ini adalah agar dapat mengetahui Pengertian, sifat, dan elemen topografi.
2.             Topografi adalah peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk dan ukuran muka bumi
3.             Topografi merupakan gamabran dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya reduksi
4.             Tujuan dalam mempelajari topografi adalah memahami prinsip dasar deformasi batuan , menafsirkan arah gaya dari deformasi batuan , mengetahui jenis struktur yang ada seprti lipatan atau sesar
5.             Ada beberapa penggambaran peta topografi yaitu : garis struktur , garis hachures , pewarnaan , bayangan , kombinasi
6.             Peta aliran ada beberapa beberapa macam yaitu : derinitik , paralel ,trellis rectangular , redial , annular , sinkhole , contoted
7.             Keterangan yang harus ada dalam topografi yaitu : skala , arah utara , legenda , judul peta , converage diagram , indeks administrasi , indeks adjoin sheet , edisi peta
8.             Elemen topografi ada tiga macam yaitu : relief . pola aliran dan culture
9.             Peta topografi mempunyai sifat yaitu: garis kontur , interval kontur , indeks kontur , kontur setengah
10.         Dengan mempelajari topografi kita dapat mengetahui bentuk peta kontur serta sifat-sifat dari peta kontur
11.         Ciri salah satu dari garis kontur adalah garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang lain
12.         Topografi sangat penting untuk orang perminyakan serta orang geologi sebagai tolak ukur mengatahui ciri-ciri batuan dan strukur permukaan bumi ini
13.         Peta topografi adalah peta yang menggambarkan dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang relief datar , sedangkan kontur yang rapat menggambrakan derajat yang lebih terjal atau curam
14.         Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama pada suatu permukaan bumi
15.         Garis hachures yaitu garis yang menggambarkan garis lurus yang ditarik dari titik-titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam garisnya makin merapat)
16.         Pewarnaa ( tingting) daerah yang mempunyai relief yang tinggi warnanya makin gelap sebaliknya relief yang rendah diberi garis bayangan tipis , panjang dan renggang
17.         Bayangan (shading) topografi curam diberi bayangan yang tebal rapat serta pendek , sebaliknya dengan yang landau  diberi garis yang tipis , panjang serta renggang
18.         Kombinasi dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna dan lain-lainnya
19.         Kebudayaan adalah segala bentuk hasil karya manusia , misalnya perkampungan , jalan persawahan , dan sebagainya
20.         Kelengkapan peta topografi adalah yang harus terdapat unsur atau keterangan untuk berbagai kegiatan.