BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki
lapisan–lapisan batuan yang ada didalam kerak bumi. Geologi menelaah segala
sesuatu yang yang mencakup gejala proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang
ditunjukan didalam permukaan bumi dengan
hubungan sebab akibat dalam (kulit) bumi. Untuk itu diperlukan penalaran yang
benar. Karena tidak semua gejala dan proses dapat ditiru di laboratorium. Pada
umumnya gejala dan proses geologi berlangsung di alam. Batuan
adalah Sebuah material yang di bentuk atau terbentuk karena perubahan mineral –
mineral dari suatu batuan, batuan terbagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pembekuan magma dibawah permukaan bumi, dan atau membekunya
lava di atas permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga jenis, yaitu batuan
beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk akibat terjadinya lithifikasi atau hancuran dari batuan lain. Berdasarkan
cara terjadinya, batuan sedimen dibagi atas batuan sedimen klastik dan batuan
sedimen non-klastik.
Batuan metamorf adalah batuan yang
terbentuk oleh proses perubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu
proses yaitu proses metamorphose.
Topografi
merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek yang dilihatdari atas yang
ukurannya di reduksi.
Maka tampilan
suatu pengetahuan logika penalaran yang menunjang pengetahuan deskripstif dalam
aspek pembahasannya. Gejala gejala yang nampak kita amati dengan cara saksama
secara deskriptif sambil mengumpulkan ketentuan–ketentuan yang bersifat
elementer. Oleh karena itu AKAMIGAS BALONGAN sebagai kampus yang didalamnya
menghadirkan program studi geologi, dalam proses
pembelajarannya menginginkan para mahasiswanya tahu lebih banyak
tentang ilmu geologi
dengan mengadakan Praktikum
Geologi Dasar sebagai salah
satu agenda yang wajib diikuti para mahasiswa jurusan Teknik Perminyakan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Menambah
wawasan ilmu para mahasisiwa khususnya di bidang Geologi baik itu secara teori maupun praktiknya.
2. Memenuhi
tugas Geologi Dasar.
3. Memenuhi
syarat kelulusan mata kuliah geologi dasar
4. Memenuhi
syarat sidang yudisium.
5. Menambah
pengetahuan mengenai geologi dasar
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui macam–macam batuan
beku
2. Mengetahui macam–macam batuan
sedimen
3. Mengetahui macam–macam batuan
metamorf
4. Mengetahui cara pembuatan dan kegunaan peta topografi
5. Mendeskripsikan
materi penyusun batuan beku
6. Mendeskripsikan
materi penyusun batuan sedimen
7. Mendeskripsikan
materi penyusun batuan metamorf
8. Mendeskripsikan materi penyusun peta topografi
9. Mengetahui
proses terbentuknya batuan beku
10. Mengetahui
proses terbentuknya batuan sedimen
11. Mengetahui
proses terbentuknya batuan metamorf
12. Mengetahui proses pembuatan peta topografi
13. Mengetahui
karakteristik dari batuan beku
14. Mengetahui
karakteristik dari batuan sedimen
15. Mengetahui
karakteristik dari batuan metamorf
16. Mengetahui unsur-unsur penting dalam peta topografi
17. Mengetahui
fungsi dari batuan beku
18. Mengetahui
fungsi dari batuan sedimen
19. Mengetahui
fungsi dari batuan metamorf
20. Mengetahui fungsi dari peta topografi
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum
1.
Dapat memahami dan mengetahui tentang sesuatu yang berhubungan
dengan ilmu Geologi.
2.
Dapat menambah pengetahuan kita khususunya di bidang ilmu Geologi.
3.
Dapat
terpenuhinya tugas mata kuliah Geologi
Dasar.
4.
Dapat mengikuti sidang
yudisium
5.
Dapat mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan tentang geologi dasar
1.3.2 Manfaat Khusus
1. Dapat
mengetahui macam–macam batuan
beku
2. Dapat mengetahui macam–macam batuan
sedimen
3. Dapat mengetahui macam–macam batuan
metamorf
4. Dapa mengetahui tentang peta topografi
5. Dapat
mendeskripsikan materi penyusun batuan beku
6. Dapat
mendeskripsikan materi penyusun batuan sedimen
7. Dapat
mendeskripsikan materi penyusun batuan metamorf
8. Dapat mendeskripsikan materi penyusun peta topografi
9. Dapat
mengetahui proses terbentuknya batuan beku
10. Dapat
mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
11. Dapat
mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf
12. Dapat mengetahui proses pembuatan peta topografi
13. Dapat
mengetahui karakteristik dari batuan beku
14. Dapat
mengetahui karakteristik dari batuan sedimen
15. Dapat
mengetahui karakteristik dari batuan metamorf
16. Dapat mengetahui unsure-unsur penting dalam peta
topografi
17. Dapat
mengetahui fungsi dari batuan beku
18. Dapat
mengetahui fungsi dari batuan sedimen
19. Dapat
mengetahui fungsi dari batuan metamorf
20. Dapat mengetahui fungsi dari peta topografi
1.4
Ruang Lingkup
Praktikum Geologi Dasar yang dilakukan
ini diadakan di Laboratoium Geologi
dengan melakukan empat percobaan
yang meliputi Praktikum
Percobaan Batuan Beku
pada hari rabu tanggal 10
Desember 2014, Batuan Sedimen
pada hari jum’at
tanggal 12
Desember 2014, Batuan Metamorf
pada hari senin
tanggal 15
Desember 2014, dan Topografi pada hari
rabu tanggal 17 Desember 2014. Pada laporan ini
terdiri dari bab I pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan manfaat dari
pembuatan laporan, bab II dasar teori berisi dasar teori dari seluruh materi
yang terdapat di dalam laporan, bab III metodologi penelitian berisi tentang
cara pembuatan laporan dari berbagai metode yang digunakan, bab IV batuan beku,
bab V batuan sedimen, bab VI batuan metamorf dan bab VII penutup berisi tentang
seluruh kesimpulan dari isi laporan. Laporan ini dikerjakan dengan menggunakan
buku panduan, laporan sementara dan bimbingan dari Dosen Mata Kuliah Geologi
dasar dan Asisten Praktikum Geologi Dasar.
BAB
II
METODOLOGI
PENELITIAN
Dalam melaksanakan praktikum geologi
dasar, mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan batuan-batuan, yaitu batuan
beku, sedimen, metamorf, dan
dapat membedakan antara ketiga batuan tersebut, serta dapat menggambar dan mendeskripsikan topografi.
Yang menjadi suatu
keahlian dalam bidang perminyakan.
Untuk mendukung praktikum dan kajian
yang dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain:
2.1 Metode penelitian Langsung
Dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap batuan. Berdasarkan penelitian itulah oenulis
mendapatkan data-data yang akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan.
Pelaksanaan praktikum merupakan tahapan pengambilan data-data batuan melalui
pencatatan dari hasil objek batuan yang diteliti yaitu berupa jenis, struktur, tekstur,
komposisi, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf, serta pengambilan data pada penggambaran peta
topografi dalam Praktikum Geologi Dasar.
2.2 Metode Studi Literatur
Merupakan data yang
diperoleh dari buku-buku atau hand book,
media cetak seperti majalah atau koran yang membahas tentang batuan, media
elektronik dan internet sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang
berkaitan dengan topik yang ditulis
2.3 Metode interview
Metode Interview
ini dilaksanakan praktikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Asisten
Praktikum Geologi Dasar mengenai kasifikasi, sifat-sifat fisik, serta
contoh-contoh batuan beku, batuan sedimen,
batuan metamorf, dan topografi
secara langsung selama praktikum dilaksanakan.
BAB III
DASAR TEORI
3.1
BATUAN BEKU
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis,
"api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun
batuan beku.Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa
oksidanya.Dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal,
pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal dan banyak lagi
kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan
tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa
harus batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang
dilakukan.Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus
dilakukan melalui analisa kimiawi.
Berdasarkan kandungan silikon dioksida (SiO2)batu granit sebesar
72,08, diorit sebesar 51,86, gabbro
sebesar 48,36 dan peridotit sebesar 43,54.
Pembagian kimia batuan beku (asam dan basa) berdasarkan kandungan
kimia oksida.
Contohnya pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Pembagian Kimia Batuan Beku
OKSIDA
|
GRANIT
|
DIORIT
|
GABRO
|
PERIDOTIT
|
SiO2
|
72,08
|
51,86
|
48,36
|
43,54
|
TiO2
|
0,37
|
1,50
|
1,32
|
0,81
|
Al2O3
|
13,86
|
16,40
|
16,84
|
3,99
|
Fe2O3
|
0,86
|
2,73
|
2,55
|
2,51
|
FeO
|
1,72
|
6,97
|
7,92
|
9,8
|
MnO
|
0,06
|
0,18
|
0,18
|
0,21
|
MgO
|
0,52
|
6,21
|
8,06
|
34,02
|
CaO
|
1,33
|
3,40
|
11,07
|
3,46
|
Na2O
|
3,08
|
3,36
|
2,26
|
0,56
|
K2O
|
0,46
|
1,33
|
0,56
|
0,25
|
H2O
|
0,53
|
0,80
|
0,64
|
0,76
|
P2O5
|
0,18
|
0,35
|
0,24
|
0,05
|
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi
batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih
mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi.
Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan silikon
dioksida (SiO2). Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui
karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral
batuan beku.
Batuan beku
disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan
beku.Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa
oksidanya, analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal dan banyak
lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa
batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa
haruslah batuan yang sangat segar dan belum mengalami perubahan. Namun begitu
sebagai catatan pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan,
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena
harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dibagi menjadi tiga
jenis batuan, yaitu :
Ø Batuan beku basa :
Cerah
Ø Batuan beku intermediet : Abu-abu
Ø Batuan beku asam : Gelap
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi
batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih
mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi.
Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan silikon
dioksida (SiO2), yaitu:
Ø Batuan beku asam : lebih dari 66% SiO2
Ø Batuan beku intermediet :
52% sampai 66% SiO2
Ø Batuan beku basa : 45% sampai 52% SiO2
Ø Batuan beku ultra basa :
kurang
dari 45% SiO2
Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat
dilapangan saja dan hanya beberapa saja
yang dapat dilihat dalam hand specimensample:
Ø Massif : Tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau
struktur
aliran.
Ø Vesikuler :
Berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma,
arah
lubang itu teratur.
Ø Scoria :
Berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
Ø Amigdaloidal :
Lubang-lubang yang terisi oleh mineral sekunder.
Tekstur
Tekstur
adalah hubungan
antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari
batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:
Ø Derajat
Kristalisasi terbagi menjadi 3, yaitu:
Holokristalin : Apabila batuan terdiri dari massa
kristal
seluruhnya.
Holohialin : Apabila
batuan terdiri dari massa gelas
seluruhnya.
·
Hipokrislatin : Apabila sebagian
terdiri dari massa kristal
dan massa
gelas.
Ø Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
Fanerik : Apabila kristal-kristalnya
jelas sehingga dapat
dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
-
Halus :
Diameter kurang dari 1 mm
-
Sedang :
Diameter 1 sampai 5
mm
-
Kasar : Diameter 5 sampai 30 mm
-
Sangat Kasar : Diameter lebih
dari 30 mm
Afanitik : Kristal-kristal yang sangat halus sehingga
tidak dapat dibedakan dengan pandangan
mata
biasa.
Ø Bentuk
Kristal, terbagi menjadi
3, yaitu:
Euhedral : Apabila batas dari mineral
adalah bentuk asli dari
bidang kristal.
Subhedral : Apabila sebagian dari
batas-batas mineral sudah
tidak tampak lagi.
Anhedral : Apabila mineral sudah tidak
mempunyai bidang
kristal asli.
Ø Relasiter
bagi menjadi 2, yaitu:
Equigranular : Bisa secara relatifukuran kristal
pembentuk
batuan berukuran sama besar.
Inequigranular : Bila ukuran kristal pembentuknya tidak
sama.
Komposisi Mineral
Untuk menentuka
komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal,
sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua :
Ø Mineral
Felsik : Yaitu yang berwarna
cerah terutama kwarsa,
feldspar,
feldspatoid dan muscovite.
Ø Mineral
Mafik : Yaitu yang berwarna
gelap terutama biotic,
piroksen, amphibol dan olivine.
Warna batuan
berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan
beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa,
potash feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam
umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya
hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
3.2
BATUAN
SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena
litifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau litifikasi reaksi
kimia tertentu yang berada di alam. Litifikasi sendiri merupakan proses-proses
yang meliputi kompaksi, sementasi, authogenic
dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat
lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di
permukaan bumi.
Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Menurut (Pettijohn,
1975) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan.
Menurut Tucker (1991),
70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2
% dari volume seluruh kerak bumi.Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat
luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen
hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10
mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara
itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi
sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan
sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali.
Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer
ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak
terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum
yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh
sedimen dari pantai ke pantai.Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti
karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3
kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar
sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimeter sampai beberapa
kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil
dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang
terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5%
dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn,
1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi
dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah
akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak
terjadi erosi, namun masih ada energy
air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di
laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena litifikasi
dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau litifikasi reaksi kimia tertentu
yang berada di alam. Litifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi
kompaksi, sementasi, authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya
material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini
dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi. Batuan sedimen juga memilki
beberapa sifat-sifat yang hampir terdapat pada seluruh batuan sedimen
berdasarkan dengan jenisnya. Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen
hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan
ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung
95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku sebesar
25% saja.Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang
tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2
kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya
tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan
umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim
oleh sedimen dari pantai ke pantai.Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak
pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3
kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan
sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk
kedalam batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya
merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh
batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung
adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen
tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi
di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi
air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di
laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.
3.3
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf merupakan batuan
yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh suatu proses metamorphose.
Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari batuan sedimen, batuan beku
dan batuan metamorf itu sendiri. Proses metamorphose adalah proses
dimana batuan asal mengalami penambahn tekanan atau temperatur, bisa juga oleh
kenaikan dari suhu dan temperatur secara bersamaan. Proses metamorphose
ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini
sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak
berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya. Proses metamorphose meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral batu dengan menyusun kembali elemen-elemen kimia yang
sebelumnya telah ada.
Batuan asal atau batuan induk baik
berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf dan telah mengalami
perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme
tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km.
Winkler (1989)
menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi
fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk
akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan kondisi-kondisinya
di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga
pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru
dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam
tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan
dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan
menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami
beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan
batuan polimetamorfik.Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik
adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi
padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini,
perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat
reaktif.Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen
permukaan, seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam
batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain
untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah
menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi
terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan
potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang
dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit,
albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira
pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di
sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas
metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di
sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai
fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari
650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut.Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya
muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Batuan beku
dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan
kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim
yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin
mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan
perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah
pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan
mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat
menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan
metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi
padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini,
perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan
umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah
menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari
mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan,
seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang
lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale
yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan
muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa
reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C
sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari
material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan
terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau
piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah
kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau
dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C
disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batuan
metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk
oleh suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal
dari batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf itu sendiri. Proses
metamorphose adalah proses dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan atau
temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur secara bersamaan.
Proses metamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui
fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi
kimia batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan
metamorf berasal dari batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur dan tekanan yang
tinggi. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih
kurang 3 km hingga 20 km. Winkler
(1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah
mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons
terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan
kondisi sebelumnya.Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Batuan beku
dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia,
fisika,biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya.
Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya,
batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur
di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai
proses metamorfisme.
Suatu batuan
mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat
menghasilkan batuan polimetamorfik.Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan
metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi
padat.Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini,
perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat
reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.Walaupun hal ini dapat
dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh,
metamorfisme shale yang menyebabkan
reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini
tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai
350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material
disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal
metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau
piropilit.Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi
yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki
lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh
tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas
metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan.Di
sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai
fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari
650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit
Batas atas
metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan.Di
sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai
fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.Satu kisaran dari
650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut.Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya
muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Gambar 3.1
Memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah, medium
dan tingkat tinggi
(Sumber : O’Dunn dan Sill, 1986)
Pembentukan
batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga didasarkan pada
penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu:
·
Metamorfisme kontak atau termal, pengaruh
T dominan.
·
Metamorfisme dinamo/
kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan.
·
Metamorfisme regional, terpengaruh P
dan T serta daerah luas.
Metamorfisme
kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma
(intrusi) dengan lebar antara 2 hinga 3 km. Metamorfisme dislokasi terjadi pada
daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut
mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi
bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa.penyebaran
tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.
Gambar 3.2
Memperlihatkan lokasi batuan metamorf
(Sumber
: Gillen, 1982).
3.4
TOPOGRAFI
Topografi, secara umum peta merupakan
gambaran atau dimensi dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya
direduksi. Dengan mengamati dan melihat peta akan memudahkan pengamatan
langsung di lapangan. Sedangkan hakekat dari pada peta topografi adalah peta
yang menggambarkan keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang
lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta
topografi yaiu:
1. Garis
kontur, adalah garis yang menghubungkan titik - titik ketinggian yang sama pada
suatu permukaan bumi
2. Garis
hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik -titik ketinggian tertinggi
ke titik -titik yang lebih rendah disekitarnya ( lereng curam garisnya makin
merapat )
3. Perwarnaan
( tinting ), daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya makin geap sebaiknya
relief rendah warnanya makin cerah contohnya atlas.
4. Bayangan
( shanding ), topografi curam diberi bayangan yang tebal, rapat serta pendek,
sebaiiknya daerah rendah diberi garis bayangan tipis, panang dan renggang.
5. Kombinasi,
dengan cara menggabungkan anatar kontur dengan warna dan lain - lainnya.
Elemen
peta topografi
Unsur - unsur penting dalam peta
topografi meliputi:
a. Relief,
menggambarkan beda tinggi suau tempat ke tempat lain di suatu daerah missal
bukit, dataran, pegununggan, lembah, lereng,dan lain - lain sebagainnya.
Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warana coklat untuk dataran
dan biru untuk lautan, dengan variasi wrana disesuaikan dengan keadaan relief,
daerah berelief tinggi warna semakin tua dan gelap. Relief terjadi karena
adanya resistensi antara batuan terhadap proses erosi dan pejapukan uga
dipengaruhi gejala - gejala asal dalam seperti perlipatan, patahan dan lain
sebagainya.
b. Pola
aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan - jalan
pengaliran di dlam suatu kawasan, tanpa memeperhatikan apakah jalan - jalan
pengairan itu mempunyai sungai permanen atau tidak. Bila aliran dapat
dikelompokkan ke dalam pola dasar yakni:
· Derinrik,
bentuk sengai berupa cabang - cabang pohon dimana cabang - cabang sungai
berhubungan dengan induk sungai membentuk sudut - sudut meruncing. Biasanyan
terebentuk pada batuan yang homogen dengan sedikit atau tanpa pengendaian
struktur.
· Pararel,
pola aliran yang mempunyai arah relief sejajar, mencuram, dapat pula pada
daerah dengan morfologi yang pararel dan memanang. Pola ini mempunyai
kecendrungan berkembang kea rah dendritik atau trellis.
· Trellis,
menyerupai bentuk tangga, dimana sungai - sungai sekunder ( cabang sungai )
membentuk sudut l siku - siku dengan sungai utama mencirikan daerah sungai
pegunungan lipatan ( antiklin, sinklin) dan kaker.
· Rectangular,
pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai - sungai yang membentuk sudut
siku - siku, lebih banayk di kontrol oeh factor - factor yang saling
berpotongan dan juga sesar.
· Redial,
bila ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar dari suatu titik
pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan aau kubuh.
· Annular,
pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saat yang membedakan jika pada
pola annular jaringan sungai berkumpul pada suatu daerah.
· Pola
pengairan multi basial disebut juga sink hole, adalah pola pengaliran yang
tidak sempurna, kadang tampak hilang yang disebut sebagai sungai bawah tanh,
pola ini berkembang pada daerah karst atau batu gamping.
· Pola
pengaliran contoted adalah pola pengaliran yang arah alirannya berbalik dari
arah semula, pola ini terdapat pada daerah patahan.
Sifat
- sifat garis kontur
1. Garis
kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.
2. Garis
kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang memiliki ketinggian
berbeda.
3. Garis
kontur akan meregang ika landai dan rapat ika curam.
4. Garis
kontur yang memotong sungai meruncing kearah huu.
5. Garis
kontur harus digambarakan hingga batas tepi peta.
6. Garis
kontur setengah digambarkan dengan garis putus - putus.
Penentuan
titik ketinggian dan arah
Ada beberapa cara untuk menentukan titik
ketinggian dan arak yakni:
1. Pada
indeks kontur langsung dapat diketahui.
2. Pada
intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan mesmperhatikan intervan
kontur.
3. Pada
intermediate kontur cara interpolasi.
BAB V
BATUAN SEDIMEN
5.1 Tujuan
1.
Mengetahui
unsur-unsur
yang terkandung dalam batuan sedimen.
2.
Mengetahui
macam-macam batuan sedimen.
3.
Mengetahui
terbentuknya batuan sedimen.
4.
Mengetahui jenis komposisi dalam batuan
sedimen.
5.
Mengenal batuan sedimen secara mendalam.
5.2 Dasar Teori
Batuan
Sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas yang tersangkut ke lokasi pengendapan oleh air,angin,es, dan
longsoran.
Klasifikasi Umum
Batuan
Sedimen berdasarkan teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen
klastika dan batuan sedimen non-klastika.
a.
Batuan sedimen klastika adalah batuan
sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali terhadap batuan yang
sudah ada.Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan,erosi,transportasi
dan kemudian redoposisi.
b.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan
sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan
material ditempat itu juga. Proses pembentukan batuansedimen ini dapat secara
kimiawi, biologi / organic, dan kombinasi diantara keduanya (biokimia).
Warna Batuan Sedimen
Pada umumnya batuan
sedimen berwarna terang atau cerah,putih,kuning, atau abu-abu terang. Namun
demikian ada juga yang berwarna gelap sampai hitam, serta merah dan
coklat.Dengan demikian warna batuan sedimen sangat beragam tergantung pada
komposisi bahan penyusunya.
Kekompakan
Proses pemadatan dan
pengompakan, dari bahan lepas atau endapan hingga menjadi batuan sedimen
disebut digenesa. Proses diogenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik
sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan tekanan 1-2 kilobar. Derajat
kekompakan batuan sedimen yaitu :
a. Bahan
lepas (loose materials) masih berupa endapan atau sedimen
b. Padu
(indurated) akan terurai bila dimasukan kedalam air
c. Agak
kompak (padat), butiran fragmen dapat dilepas oleh tangan atau kuku
d. Kompak
(keras), butiran tidak dapat dilepas oleh tangan atau kuku
e. Sangat
kompak(sangat keras0 biasanya sudah mengalami rekristalisasi
Tekstur
Seperti
diuraikan diatas maka batuan sedimen berstektur klastika atau non klastika.Bla
batuanya sangat kompak maka batuan tersebut berstektur kristalin.Batuan sedimen
kristalin biasanya terjadi pada batu gamping dan batuan sedimen kaya silica
yang sangat kompak dank eras.
Bentuk Butir
Berdasarkan perbandingan
diameter panjang (long) = (l) , menengah (intermediate) (i), dan pendek (short)
= (s), maka terbentuk empat butir dalam batuan sedhimen, yaitu ;
a. Obiate
, bila (l) = (i) ≠ (s)
b. Equant
, bila (l) = (i) ≠ (s)
c. Blade
, bila (l) ≠ (i) ≠ (s)
d. Prolate
, bila (l) = (s) ≠ (i)
Apabila
bentuk-bentuk butir tersebut tidak dapat diamati maka cukup disebutkan
bentuknya tidak butir.
Kebundaran
a. Sangat
runcing (sangat menyudut) (very angular)
b. Meruncing
(Menyudut) (Angular)
c. Menyudut
tanggung ( subangular)
d. Membulat
tanggung ( subronded)
e. Membulat
(rounded)
f. Sangat
membulat (well-rounded)
Tekstur Permukaan
a. Kasar,
bila pada permukaan terlihat runcing dan terasa tajam
b. Sedang
, bila permukaan butiranya agak meruncing sampai agak rata
c. Halus
, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata
Ukuran
Ukuran Butir
Ukuran Butir
|
Nama Butiran
|
>256
|
Bongkah
|
64 – 256
|
Brangkal
|
4 – 64
|
Kerakal
|
2 – 4
|
Kerikil
|
1/16 – 2
|
Pasir
|
1/16 – 1/256
|
Lanau
|
< 256
|
Lempung
|
Kemas atau
Fabrik
a. Kemas
tertutup , bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan satu
sama lain
b. Kemas
Terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan
Pemilahan
Pemilahan
adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, semakin seragam
ukuranya dan besar butiranya maka pemilahan akan semakin baik.
a. Pemilahan
baik b9ila ukuranya butir seragam
b. Pemilahan
sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat seragam maupun yang
tidak seragam
c. Pemilahan
buruk, bila ukuran butir dalam batuan sedimen sangat beragam
Porositas
Porositas
adalah tingkatan banyaknya lubang rongga atau pori-pori di dalam batuan
Permeabilitas
Permeabilitas
adalah tingkatan kemampuan batuan untuk mengalirkan air (zat air).
a. Permeable
jika batuan tersebut dapat meluluskan air
b. Impermeable
batuan tersebut tidak dapat mengalirkan air
Kompaksi
Batuan
sedimen klastika berbentuk kasar >2mm biasanya berbentuk matriks dan fragmen
.
Gambar
5.1
Contoh Batuan Sedimen (Batu Tufa)
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1
Alat
a.
kamera
b.
lup
c.
mistar
d.
pengnghapus
e.
pensil
f.
pulpen
g.
rautan
h.
sepidol
5.3.2
Bahan
a.
Batuan
Sedimen Limestone
b.
Batuan
Sedimen Lanau
c.
Batuan
Sedimen Shale
d.
Batuan Sedimen Sandstone
e.
Batuan Sedimen Konglomerat
f.
Batuan Sedimen Gamping
5.4 Prosedur Percobaan
1.
Mendengarkan
penjelasan yang diberikan oleh Asisten Praktikum.
2.
Mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
3.
Menggambar
batuan pertama dan memfoto batuan.
4.
Mengukur
panjang, lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris atau jangka sorong.
5.
Mengidentifikasi
batuan pertama dengan melihat fisik batuan.
6.
Menuliskan
hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum.
7.
Mengulangi
langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua dan ketiga.
8.
Merapihkan
alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
5.5 Analisa Percobaan
Dalam
praktikum geologi dasar percobaan Batuan Sedimen dapat diketahui bahwaBatuan
sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya
batuan yang lain (detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada
di alam. Lithifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi,
sementasi, authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material
pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk
oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Pada
praktikum batuan sedimen ini yang dipraktikumkan adalah mengamati batuan
sedimenbatu
pasir, batubara dan clay stone. Alat yang digunakan
selama praktikum berlangsung adalah buku, pulpem, mistar, kaca
pembesar, modul praktikumdankamera. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah batuan sedimenlimestone, batubara, dan clay stone.
Langkah
yang dilakukan pada percobaan ini adalahmendengarkan penjelasan yang diberikan
oleh Asisten Praktikum, mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian menggambar batuan pertama dan memfoto batuan, seta mengukur panjang,
lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris atau jangka sorong. Lalu mengidentifikasi
batuan pertama dengan melihat fisik batuan, dan menuliskan hasil identifikasi pada
buku pendahuluan praktikum. Setelah itu mengulangi langkah dua sampai dengan
langkah enamuntuk batuan kedua dan ketiga. Yang terakhir adalah merapihkan alat
dan bahan yang telah selesai digunakan.
Limestone memiliki warna cokelat kemerahan-merahan dan
termasuk jenis batuan klastik yang
terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan
asal, dengan warna batuan cokelat.Struktur
batuan yaitu berporositas, sebab mempunyai perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan, serta permeabilitas, karena mempunyai suatu sifat
batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang
berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Ukuran butir limestone adalah pasir sangat kasar.
fragmennya pasir sedang, dan matriknya pasir halus. Derajat pemilahan baik,
karena memiliki tingkat keseragaman batuan pembentuk batuan sedimen yang cukup baik.
Sementara derajat pembundaran angular.Semen yang mengikat fragmen dan
matriknya silikat.
Batubara adalah batuan sedimen dengan ukuran butitr yang
termasuk pasir sedang. Batu bara tergolong pada jenis batuan sedimen non klastik.
Batubara memiliki warna hitam, dengan struktur batuan yaitu berporositas, sebab mempunyai perbandingan
volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Serta permeabilitas, karena mempunyai suatu sifat
batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang
berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut.Dari teksturnya, batubara memiliki ukuran butir jenis
pasir sedang, dengan derajat pemilahan well sorted, karena memiliki tingkat
keseragaman butiran pembentuk batuan sedimen yang baik. Memiliki derajat
pembundaran sub-angular. Batubara memiliki komposisi fragmen pasir halus,
komposisi matrik berupa pasir seangat halus dan komposisi semen yang mengikat
fragmen dan matriknya berupa silikat.
Lempung
adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm. Batu
lempung tergolong pada jenis batuan sedimen non klastik. Batu lempung ini
memilki warna abu-abu gelap, dengan struktur batuan yaitu berporositas, sebab
mempunyai perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Sertapermeabilitas, karena mempunyai suatu
sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak
partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Dari segi teksturnya, batuan lempung memiliki ukuran
butir jenis pasir sangat halus, dengan derajat pemilahan yang baik karena
memiliki tingkat keseragaman butiran pembentuk batuan sedimen yang baik, serta
memiliki derajat pembundaran well rounded, yang berdasarkan pada butiran
atau fragmen batuan yang membulat. Secara fisik batuan lempung mempunyai
komposisi yang tersusun dari fragmen yang merupakan lanau, matrik berupa
lempung dan komposisi semen yang mengikat fragmen dan matriknya berupa silikat.
5.6 Kesimpulan
Pada praktikum
geologi dasar tentang percobaan batuan sedimen dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.
Batuan
sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari mineral
lain yang sudah tersedimentasi.
2.
Tujuan dari mempelajari sedimen adalah
untuk mengetahui unsur-unsur
yang terkandung dalam batuan sedimen,
Mengetahui macam-macam batuan sedimen, Mengetahui terbentuknya batuan sedimen.,Mengetahui
jenis komposisi dalam batuan sedimen, Mengenal batuan sedimen secara mendalam.
3.
Berdasarkan perbandingan diameter panjang
(long) = (l) , menengah (intermediate) (i), dan pendek (short) = (s), maka
terbentuk empat butir dalam batuan sedhimen, yaitu ; Obiate , bila (l) = (i) ≠
(s), Equant , bila (l) = (i) ≠ (s), Blade , bila (l) ≠ (i) ≠ (s),Prolate , bila
(l) = (s) ≠ (i)
4.
Diagnesis
adalah proses yang menyebabkan perubahan pada batuan sedimen yang terpendamkan
dan terlitifikasi.
5.
Dalam mengidentifikasi batuan sedimen
kita harus melihat berdasarkan sifat fisiknya secara khusus antar lain:
·
Warna
·
Tekstur
·
Struktur
·
Kmposisi mineral pembentuk Batuan.
6.
Batuan
sedimen digolongkan menjadi 5, yaitu golongan detritus, golongan karbonat,
golongan evaporit, golongan sedimen silika dan golongan batu bara.
7.
Porositas
adalah tingkatan banyaknya lubang rongga atau pori-pori di dalam batuan
8.
Derajat
pemilahan merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan
sedimen. Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
·
Pemilahan baik
(well sorted)
·
Pemilahan
sedang (moderately sorted)
·
Pemilahan buruk
(poorly sorted)
9.
Bantuk
butir menurut klasifikasi zing(1955) yang biasa di gunakan adalah
perbandingan antara : panjang, lebar, dan tebal.
10.
Butiran-butiran
pada batuan sedimen tersusun oleh fragmen-fragmen.
11.
Porositas suatu batuan adalah
perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume Batuan, pembagian porositas
dapat di pergunakan:
·
Negilglibe 0-5%
·
Poor 15-10%
·
Good 15-20%
·
Very good 20-25%
·
Excellent 25-40%
12.
Batuan
sedimen
klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang
mengalami transportasi.
13.
Klasifikasi sedimen klastik dibedakan
berdasarkan atas ukuran butiranya, yaitu sebagai berikut:
·
Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar.
·
Arenit (samit) ttermasuk butiran sedang.
·
Lutit (pelit) termasuk butiran halus.
14.
Batuan sedimen non-klastik yang
terbentuk karena proses kimiawi yang terbentuk melalui presipitasi dari
larutan.
15.
Batuan Pertama
nomor
urut 1 nomor batuan 1.1
nama batuan batu pasir
jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan tekstur yaitu ukuran
butir1/4-1/8, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub ronded,
porositas sekunder, permeabilitas
baik, kemas tertutup ,komposisi
yaitu : fragmen
felsik,matrik felsik, Semen karbonat .
16.
Batuan keduanomor
urut 2 nomor batuan 2.1 nama batuan batu konglomerat jenis
batuan sedimen dengan struktur batuan lapisan dengan tekstur yaitu ukuran
butir1/4-1/8, drajat pemilahan well shorted, derajat pembundaran Sub
angular, porositas sekunder, permeabilitas baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik felsik, Semen karbonat .
17. Batuan ketiganomor urut 3 nomor
batuan 3.4 nama batuan
batu gamping jenis batuan sedimen dengan struktur batuan lapisan dengan
tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan well shorted, derajat
pembundaran Sub rounded, porositas sekunder, permeabilitas baik, kemas tertutup ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik felsik, Semen silikat.
18. Batuan keempatnomor urut 4 nomor
batuan 4.3 nama batuan batu shale jenis batuan sedimen dengan
struktur batuan rekahan dengan tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat
pemilahan poorly shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas
primer, permeabilitas sedang,
kemas tertutup ,komposisi
yaitu : fragmen
felsik,matrik felsik, Semen silikat.
19. Batuan kelima nomor urut 5 nomor
batuan 5.4 nama batuan
batu lanau jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan
tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan well shorted, derajat
pembundaran Sub ronded, porositas sekunder, permeabilitas sedang, kemas terbuka ,komposisi yaitu : fragmen felsik,matrik felsik, Semen karbonat .
20. Batuan keenam nomor urut 6 nomor
batuan 5.1 nama batuan
batu lanau jenis batuan sedimen dengan struktur batuan massif dengan
tekstur yaitu ukuran butir 1/16-1/256, drajat pemilahan poorly shorted, derajat pembundaran Sub ronded, porositas
sekunder, permeabilitas baik,
kemas tertutup ,komposisi
yaitu : fragmen
felsik,matrik felsik, Semen karbonat .
BAB
VII
TOPOGRAFI
7.1 Tujuan
1. Memahami
dasar-dasar deformasi batuan.
2. Memahami
jenis-jenis struktur geologi dan tektonik
3. Menjelaskan
arah gaya dari deformasi batuan.
4. Mengetahui
lipatan ataupun sesar
5. Mengetahui
kekutan gaya pada batuan
7.2 Dasar
Teori
Topografi
merupakan gambaran dua dimensi dari suatu obyek yang dilihat dari atas yang
ukurannya direduksi. Hakekat dari interpretasi peta
topografi adalah sebagai pelengkap ilmu geologi dengan latihan teknik
penafsiran geologi melalui peta topografi.
Pengertian
dari peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk penyebaran dan ukuran
dari roman muka bumi yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang sebenarnya.
Unsur-unsur
yang penting terdapat dalam suatu peta topografi meliputi:
1.
Relief
Adalah
beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi rendah suatu daerah
serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan tinggi
rendahnya permukaan bumi.
Sebagai
contoh :
·
bukit
·
lembah
·
daratan
·
lereng
·
pegunungan
Relief
terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara batuan terhadap proses
erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam
(endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api dan sebagainya. Dalam peta
topografi penggambaran relief dengan :
·
Garis hachures
Yaitu
garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang lebih
rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin curam lerengnya
maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis akan renggang jika reliefnya
landai.
·
Shading (bayangan)
Bayangan matahari terhadap earth
feature dan biasanya dikombinasi dengan peta kontur. Pada daerah yang curam
akan memberikan bayangan gelap sebaliknya daerah yang lancai berwarna cerah.
·
Tinting (pewarnaan)
Warna-warna
tertentu. Semakin tinggi reliefnya warna akan semakin gelap.
·
Kontur
Yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama. Peta ini paling penting
untuk geologi karena sifatnya kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif
: hanya menunjukkan pola dan penyebarannya bentuk-bentuk roman muka bumi.
Kuantitatif
: selain menunjukkan pola dan penyebaran bisa juga
mengetahui ukuran baik secara horisontal maupun vertikal sehingga jelas
gambaran tida dimensinya.
2.
Drainage
Drainage
pattern/pola pengaliran atau pola penyaluran adalah segala macam bentuk-bentuk
yang hubungannya dengan penyaluran air baik di permukaan maupun di bawah
permukaan bumi. Sebagai contoh sungai-sungai, danau atau laut dan sebagainya.
Sungai-sungai itu sendiri dipermukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak
terpolakan. Hal ini tergantung dari batuan dasar yang dilaluinya.
Dalam
hal ini pola/pattern didefinisikan sebagai suatu keseragaman di dalam :
§
bentuk (shape)
§
ukuran (size)
§
penyebarannya/distrubusi
Hubungan
antar relief, batuan, struktur geologi dan drainage dalam macam-macam pola
penyaluran :
a. Dendritik
Mencerminkan sedimen yang horisontal atau miring,
resistensi batuan seragam, kemiringan lereng secara regional kecil. Bentuk
pola penyaluran seperti pohon. Contohnya pada daerah dengan sedimen lepas,
daratan banjir, delta, rawa, pasang surut, kipas-kipas alluvial, dll.
b. Parallel
Umumnya
mencirikan kemiringan lereng yang sedang-curam tetapi juga didapatkan pada daerah-daerah
dengan morfologi yang parallel dan memanjang. Contohnya pada lereng-lereng
gunung api. Biasanya akan berkembang menjadi pola dendritik atau trellis.
c. Trellis
Terdapat
pada daerah dengan batuan sedimen yang terlipat, gunung api, daerah dengan
rekahan parallel. Contohnya pada perlipatan menujam, patahan parallel, homoklin
dan sebagainya.
d. Rectangular
Mengikuti kekar-kekar dan patahan.
e. Radial
Mencerminkan
gunung api kubah (dome). Terdapat pula pola yang sentripetal (kebalikan dari
radial).
f. Annular
Mencerminkan struktur kubah yang telah mengalami
erosi bagian puncaknya. Dari contoh-contoh pola pengaliran tersebut merupakan
pola dasar penyaluran yang sangat membantu untuk penafsiran suatu struktur
geologi.
3.
Culture
Yaitu
segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan, jalan, persawahan
dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya
pada peta topografi, relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage
dengan warna biru dan culture dengan warna hitam.
4.
Kelengkapan Peta Topografi
Pada
peta topografi yang baik harus terdapat unsur/keterangan yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran, yaitu :
a. Skala
Merupakan
perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak pada peta. Perlu
diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak
horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai dalam peta topografi.
1.
Representative Fraction Scale (Skala R.F.)
Ditunjukkan
dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000. Artinya 1 cm di dalam peta sama
dengan 10.000 cm di lapangan (sama dengan 100 meter di lapangan). Kelemahan
dari skala ini bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak berlaku
lagi.
2.
Graphic Scale
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya
dengan jarak dalam peta, yang ditunjukkan dengan sepotong garis.
Skala
ini adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupun penciutan
dari peta.
3.
Verbal Scale
Dinyatakan
dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km ato 1 cm = 5 km.
Skala ini hampir sama
dengan skala R.F.
Dari ketiga macam skala
tersebut di atas, yang umum/paling banyak digunakan dalam peta geologi atau
topografi adalah kombinasi skala grafis dan skala R.F.
b.
Arah Utara Peta
Salah
satu kelengkapan peta yang tidak kalah penting adalah arah utara, karena tiap
peta yang dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui arah utaranya. Arah
utara ini berguna untuk penyesuaian antara arah utara peta dengan arah utara
jarum kompas.
Ada
3 macam arah utara jarum kompas, yaitu :
1.
Arah Utara Magnetik (Magnetic North = MN)
2.
Grid North
3.
True North
c.
Legenda
Pada
peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan
yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian bawah dari peta.
d.
Judul Peta
Judul
peta merupakan nama daerah yang tercantum dalam peta dan berguna untuk
pencarian peta bila suatu waktu diperlukan.
e.
Converage Diagram
Maksudnya
peta tersebut dibuat dengan cara atau metoda yang bagaimana, hal ini untuk
dapat memperkirakan sampai sejauh mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
- Dibuat berdasarkan
foto udara
- Dibuat berdasarkan
pengukuran di lapangan
f.
Indeks Administrasi
Pembagian
daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting untuk memudahkan pengurusan
surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian/pemetaan.
g.
Index of Adjoining Sheet
Menunjukkan
kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-lembar peta disekitarnya.
h.
Edisi Peta
Dapat
dipakai untuk mengetahui mutu daripada peta atau mengetahui kapan peta tersebut
dicetak atau dibuat.
Peta topografi
dengan garis kontur
Untuk
memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang garis kontur
beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Garis Kontur
Adalah
merupakan garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
sama, yang diukur dari suatu bidang pembanding. Bidang ini biasanya diambil
dari permukaan air laut rata-rata.
2.
Interval Kontur
Jarak
vertikal antara garis kontur satu dengan garis kontur lainnya yang berurutan.
3.
Indeks Kontur
Garis
kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan kelipatan tertentu
dari beberapa garis kontur (kelipatan lima atau sepuluh).
4.
Kontur Setengah
Garis
kontur yang harga ketinggiannya adalah setengah interval kontur. Biasanya
digambar dengan garis putus-putus.
Penentuan interval kontur.
Biasanya
interval kontur pada peta tergantung dari :
1.
Skala peta
2.
Relief dari daerah yang
bersangkutan
3.
Tujuan dari peta, apakah untuk pekerjaan geologi umum maupun geologi teknik atau untuk
kepentingan militer. Jika tidak ada hal-hal khusus atau
dalam keadaan umum, maka interval kontur dapat ditentukan sebagai berikut :
IK (Interval Kontur) = skala peta X 1/2000
Misalnya
skala peta 1 : 50.000
IK
= 50.000 X 1/2000 = 25 meter
Sifat-sifat
garis kontur :
1.
Garis
tidak bisa saling berpotongan kecuali dalam keadaan yang ekstrim, dimana
topografi berupa over hanging cliff.
2.
Garis
kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang mempunyai nilai ketinggian
yang berlainan.
3.
Garis
kontur akan renggang jika topografi landai dan akan rapat jika topografi curam.
4.
Garis
kontur menutup, menunjukkan naik ke arah dalam, kecuali garis kontur bergigi
menunjukkan depresi.
5.
Garis kontur yang
memotong lembah/sungai akan meruncing ke hulu.
6.
Garis
kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.
Menentukan
titik ketinggian :
1.
Pada
indeks kontur langsung diketahui.
2.
Pada
intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan memperlihatkan interval
kontur.
3.
Diantara intermediate
kontur dengan cara interpolasi.
Misal
: Tinggi titik = x
=
150 + (3/4 x 25)
=
168 meter
4.
Titik triangulasi.
7.3 Alat
dan Bahan
7.3.1 Alat
a. Mistar
b. Penghapus
c. Pensil
d. Pensil Warna
e. Pulpen
f. Tipe-x
7.5.2 Bahan
g. Kertas Kalkur
h. Kertas Milimeter Blok
i.
Peta Kontur
7.4 Prosedur
Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum.
3. Meletakkan kertas kalkur tepat di atas peta kontur.
4. Membuat garis bawah horizontal pada kertas kalkir.
5. Membuat titik dari gambar kontur ke kalkir.
6. Membuat sumbu x dan ypada kertas milimeterm blok.
7. Menyalin titik yang telah di dapatkan sebelumnya pada
kertas kalkir ke kertas millimeter block.
8. Membuat titik kordinat
pada kertas millimeter bloksesuai data yang telah di dapatkan.
9. Menghubungkan tiap titik kordinat sesuai urutannya .
10. Membuat garis
GOC dan WOC sesuai data pada pada peta kontur.
11. Mewarnai wilayah GOC dan WOC dengan pensil warna.
12. Merapihkan alat dan bahan yang telah di gunakan.
7.5 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
penggambaran dan peta depth structure.
Kontur tersebut adalah antiklin
(membentuk bukit)dengan susunan fluida gas, oil, dan water, dimana susunan
tersebut di pengaruhi massa jenis fluida. WOC (batas air dengan minyak) antara
6-8 dan WOC (batas antara minyak dengan gas). Nilai titik x dan y dalam peta
bernilai sama.
7.6 Analisa Percobaan
Dalam percobaan peta topografi saya mencoba untuk membuat
peta topografi yang bertujuan melihat
dimana titik minyak berada. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan
keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas.
Dalam percobaan ini menggunakan alat-alat seperti
mistar, pensil, pensil,warna, dan pulpen. Sedangkan bahan yang di gunakan
kertas milimeter block, kertas kalkir dan peta kontur. Hasil pengamatan
prosedur percobaan pertama menyiapkan alat dan bahan,kemudian membuat garis
tengah menandai titik perpotongan pada
kertas kalkir, kemudian melipat kertas
kalkir, menggambar sumbu x dan y pada
kertas milimeter block, menandai titik kordinat pada milimeter block, kemudian
tentukan WOC dan GOC. Hasil pengamatan pada peta kontur membentuk antiklin,
yang mengandung gas, minyak , dan air.
7.7 Analisa Kesalahan
Dalam
percobaan peta topografi tidak ada
kesalahan yang dilakukan
8.8 Kesimpulan
Dalam
percobaan peta topografi dapat di ambil kesimpulan diantaranya yaitu :
1.
Tujuan adanya percobaan
topografi ini adalah agar dapat mengetahui Pengertian, sifat, dan
elemen topografi.
2.
Topografi adalah peta
yang menggambarkan penyebaran, bentuk dan ukuran muka bumi
3.
Topografi
merupakan gamabran dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya
reduksi
4.
Tujuan dalam
mempelajari topografi adalah memahami prinsip dasar deformasi batuan ,
menafsirkan arah gaya dari deformasi batuan , mengetahui jenis struktur yang
ada seprti lipatan atau sesar
5.
Ada beberapa
penggambaran peta topografi yaitu : garis struktur , garis hachures , pewarnaan
, bayangan , kombinasi
6.
Peta aliran ada
beberapa beberapa macam yaitu : derinitik , paralel ,trellis rectangular ,
redial , annular , sinkhole , contoted
7.
Keterangan yang
harus ada dalam topografi yaitu : skala , arah utara , legenda , judul peta ,
converage diagram , indeks administrasi , indeks adjoin sheet , edisi peta
8.
Elemen topografi
ada tiga macam yaitu : relief . pola aliran dan culture
9.
Peta topografi
mempunyai sifat yaitu: garis kontur , interval kontur , indeks kontur , kontur
setengah
10.
Dengan
mempelajari topografi kita dapat mengetahui bentuk peta kontur serta
sifat-sifat dari peta kontur
11.
Ciri salah satu
dari garis kontur adalah garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur
yang lain
12.
Topografi sangat
penting untuk orang perminyakan serta orang geologi sebagai tolak ukur
mengatahui ciri-ciri batuan dan strukur permukaan bumi ini
13.
Peta topografi
adalah peta yang menggambarkan dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang
relief datar , sedangkan kontur yang rapat menggambrakan derajat yang lebih
terjal atau curam
14.
Garis kontur
adalah garis yang menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama pada suatu
permukaan bumi
15.
Garis hachures
yaitu garis yang menggambarkan garis lurus yang ditarik dari titik-titik yang
lebih rendah disekitarnya (lereng curam garisnya makin merapat)
16.
Pewarnaa (
tingting) daerah yang mempunyai relief yang tinggi warnanya makin gelap
sebaliknya relief yang rendah diberi garis bayangan tipis , panjang dan
renggang
17.
Bayangan
(shading) topografi curam diberi bayangan yang tebal rapat serta pendek ,
sebaliknya dengan yang landau diberi
garis yang tipis , panjang serta renggang
18.
Kombinasi dengan
cara menggabungkan antara kontur dengan warna dan lain-lainnya
19.
Kebudayaan
adalah segala bentuk hasil karya manusia , misalnya perkampungan , jalan
persawahan , dan sebagainya
20.
Kelengkapan peta
topografi adalah yang harus terdapat unsur atau keterangan untuk berbagai
kegiatan.